Modernisasi sebetulnya identik dengan pembangunan. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mewujudkan masyarakat yang maju atau modern sesuai dengan situasi dan kondisi jamannya. Namun apabila kita melihat realita sosial yang terdapat di dalam masyarakat, banyak kita temui permasalahan sebagai akibat dan konsekuensi dari pembangunan itu sendiri. Sebetulnya pembangunan harus menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Namun kenyataannya, pembangunan dilakukan dengan berbagai kekurangan dalam hal perencanaan, sumber daya manusia, pengawasan dan moral atau karakter pelaksanaannya. Akibatnya dampak pembangunan kadang lebih dominan daripada prestasi pembangunan. Dampak pembangunan inilah yang disebut biaya sosial (social cost).
Pada dasarnya, dampak negatif dari pembangunan terjadi karena ketidaksiapan masyarakat menghadapi perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh pembangunan tsb. Proses pembangunan membutuhkan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seimbang dengan kondisi alam, social dan kebutuhan masyarakat. Namun seringkali terjadi bawa teknologi modern yang diterima masyarakat tidak diimbangi dengan perubahan pada tata nilai dan norma pada masyarakat ( culture lag ) misalnya para tokoh masyarakat dapat dengan mudah memiliki fasilitas fasilitas mewah. Apabila fasilitas ini tidak diimbangi dengan sikap mental yang baik, tidak jarang timbul keresahan, kecumburuan social, bahkan konsumerisme pada masyarakat. Akibatnya terjadilah benturan nilai yang seringakli menimbulkan disintegrasi social bahkan anomie (keadaan tanpa aturan) social.
Selain culture lag, teknologi modern yang dihasilkan pembangunan juga menimbulkan efek samping yang justru bertentangan dengan kemajuan, seperti pergeseran nilai, norma, prilaku dan lembaga. Nilai lama dianggap sebagai nilai yang harus dibuang, sedangkan nilai baru dianggap sebagai nilai yang terbaik dan mutlak diterima. Kondisi seperti ini tentu meresahkan. Akibatnya, timbul ketidaktentraman (disorganisasi) dalam masyarakat. Menghadapi situasi ini, tida jarang masyarakat bingung karena umumnya efek tsb tidak mudah tertangkap oleh panca indra. Contohnya, pergeseran nilai kebersamaan dan gotong royong pada masyarakat kita menjadi nilai nilai individualistis.
Dengan munculnya era globalisasi yg dapat mempengaruhi jati diri bangsa, maka bangsa Indonesia perlu mengantisipasinya …… wah dengan cara bagaimana ya? Bagaimana comment anda?? Silahkan!!!